M-DRIFT DIESEL OPTIMIZER

M-DRIFT DIESEL OPTIMIZER

CETANE NUMBER (CN) dan RESEARCH OCTANE NUMBER (RON)

 Pada kendaraan berbahan bakar bensin dikenal dua besaran yang dasar yang menentukan kualitas bensin dari segi performa kendaraan. Dua besaran tersebut adalah RON dan MON. RON merupakan singkatan dari Research Octane Number, merupakan besaran yang menentukan ketahanan bensin untuk dimampatkan dengan tekanan sebesar-besarnya pada ruang bakar mesin sebelum akhirnya bensin tersebut mengalami self ignition (terbakar sendiri). Semakin tinggi nilai RON, semakin tahan bensin tersebut tidak terbakar sendiri ketika dimampatkan oleh  suatu tekanan. Misalkan : bensin dengan nilai RON 92, akan lebih tahan untuk tidak terbakar ketika dimampatkan atau diberi tekanan tertentu dibandingkan dengan bensin yang bernilai RON 90. Karena itu bensin dengan nilai RON lebih tinggi, akan lebih cocok untuk kendaraan bensin dengan kompresi mesin yang lebih tinggi. Begitu pula sebaliknya.

Pada kendaraan berbahan bakar diesel (di Indonesia biasa disebut dengan solar, yang sebenarnya merupakan merk dagang dari Pertamina untuk bahan bakar diesel), dikenal besaran CN yang merupakan singkatan dari Cetane Number. CN merupakan besaran yang menentukan ketahanan bahan bakar diesel ketika dimampatkan dengan tekanan sebesar-besarnya pada ruang bakar mesin sebelum akhirnya bahan bakar diesel tersebut mengalami self ignition (terbakar sendiri). Walaupun memiliki definisi yang sangat mirip dengan RON, tetapi nilai CN memiliki konsep nilai yang berbalik dengan nilai RON. Semakin tinggi nilai CN, semakin mudah bahan bakar diesel untuk mengalami self ignition ketika dimampatkan pada tekanan tertentu dalam ruang bakar. Contohnya : bahan bakar diesel dengan nilai CN 53 akan lebih mudah untuk  terbakar sendiri dibandingkan dengan bahan bakar diesel dengan nilai CN 51 ketika dimampatkan dengan tekanan tertentu pada ruang bakar. Atas dasar hal itu, maka bahan bakar diesel dengan nilai CN yang lebih tinggi akan lebih cocok untuk kendaraan diesel dengan kompresi yang lebih rendah. Sebaliknya, bahan bakar diesel dengan nilai CN yang lebih rendah akan lebih cocok untuk kendaraan diesel dengan kompresi yang lebih tinggi.

Dengan definisi-definisi di atas, sangat mudah bagi kita untuk melihat bahwa pada kendaraan bensin, semakin hari  kendaraan yang diproduksi massal cenderung untuk meningkat kompresi mesinnya. Kalau dulu kompresi mesin berkisar antara 8,5 : 1 sampai dengan 9,5 : 1, saat ini kompresi mesin kendaraan bensin bisa mencapai 11,5 : 1 bahkan lebih. Sebaliknya untuk kendaraan berbahan bakar diesel, semakin hari kendaraan yang diproduksi massal cenderung untuk menurun kompresi mesinnya. Itulah sebabnya, nilai CN pada bahan bakar diesel yang dahulu cukup dengan angka 47-48, pada kendaraan diesel sekarang tidak lagi mencukupi. Dibutuhkan nilai CN 50 ke atas agar kendaraan diesel sekarang memiliki performa yang baik.

 

MOTOR OCTANE NUMBER (MON) DAN KINETIC VALUE (KV)

MON adalah besaran kedua penentu kualitas bensin. Besaran ini yang menentukan tingkat energi yang dihasilkan oleh bensin yang dibakar dan distribusi pelepasan energi agar energi tersebut dapat digunakan secara maksimal untuk memutarkan roda kendaraan. Semakin tinggi nilai MON, semakin tinggi energi yang dihasilkan oleh pembakaran dalam memutarkan roda. Hasilnya adalah power kendaraan yang tinggi dan penghematan bahan bakar yang lebih baik.

Pada mesin diesel, besaran yang menentukan hal serupa tidak dikenal. Bahan bakar diesel hanya mengenal nilai CN dan angka tetapan standar. Angka tetapan inilah yang yang didapat berdasarkan beberapa pengukuran di laboratorium. Berdasarkan standar angka tetapan inilah, bisa ditetapkan apakah bahan bakar diesel tersebut memenuhi syarat atau tidak.

 

Ketidakpraktisan dalam penetapan angka tetapan standar ini, akhirnya membuat kami membuat standar baru untuk penetapan kualitas bahan bakar diesel. Standar baru ini didasarkan pada besaran untuk kendaraan bensin. Dengan konsep yang sama dengan bahan bakar bensin, kami membuat sebuah besaran baru yang dinamakan Kinetic Value (KV). KV adalah besaran yang menentukan tingkat energi yang dihasilkan oleh bahan bakar diesel yang dibakar dan distribusi pelepasan energi yang digunakan untuk memutarkan roda. Dengan sistem dan konsep yang menyerupai konsep bahan bakar bensin, kemampuan untuk memahami dan mengukur kualitas bahan bakar diesel lebih mudah untuk dilaksanakan.

Untuk bahan bakar diesel, dibutuhkan bahan bakar diesel dengan nilai CN tertentu dan nilai KV yang mencukupi agar kendaraan diesel dapat memiliki performa terbaik. Hal ini sama dengan bahan bakar bensin, dibutuhkan bensin dengan nilai RON tertentu dan MON tertentu yang mencukupi agar kendaraan bensin memiliki performa terbaik.

 

PERBEDAAN NILAI CN UNTUK DI INDONESIA DAN DI BENUA EROPA

 

Berdasarkan standar EURO II dan seterusnya, nilai Cetane Number yang disyaratkan untuk kendaraan diesel sekarang adalah CN 53. Standar inilah yang sekarang banyak dijadikan acuan oleh berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pertanyaannya adalah, samakah standar Cetane Number di benua Eropa dan di Indonesia ? Kembali pada definisi dari Cetane Number di atas, bahwa Cetane Number adalah merupakan besaran yang menentukan ketahanan bahan bakar diesel ketika dimampatkan dengan tekanan sebesar-besarnya pada ruang bakar mesin sebelum akhirnya bahan bakar diesel tersebut mengalami self ignition (terbakar sendiri). Harap diingat bahwa suhu dan tekanan di negara-negara sub-tropis berbeda dengan suhu dan tekanan di negara-negara tropis. Perbedaan suhu dan tekanan ini membuat perbedaan suhu dan tekanan yang berbeda di ruang bakar mesin saat piston dimampatkan.

 

Karena suhu di negara sub-tropis lebih dingin, maka dibutuhkan tekanan yang lebih besar pada ruang bakar mesin agar bahan bakar diesel dapat terbakar sendiri. Mengingat tekanan di ruang bakar mesin cenderung tetap untuk jenis  kendaraan yang sama (kompresi mesin kendaraan selalu sama untuk satu jenis kendaraan), maka untuk di daerah sub-tropis dibutuhkan bahan bakar diesel yang lebih mudah terbakar. Itu artinya dibutuhkan nilai CN yang lebih tinggi untuk jenis kendaraan yang sama apabila kita berada di negara sub-tropis dibandingkan dengan apabila kita berada di negara tropis.

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padanan nilai CN 53 di benua Eropa adalah CN 51 untuk di Indonesia. CN 51 akan menghasilkan pembakaran bahan bakar diesel terbaik karena bahan bakar diesel tepat mengalami self ignition saat ruang bakar piston berada pada volume terkecil. Ketepatan ini sangat diperlukan agar performa kendaraan menjadi maksimal. Nilai CN yang lebih tinggi dari CN 51 hanya akan membuat bahan bakar terbakar lebih cepat sehingga performa kendaraan tidak maksimal, bahkan dapat mengakibatkan mesin menjadi ngelitik.

 

PERAWATAN MESIN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Karakteristik lain yang disyaratkan untuk bahan bakar diesel yang baik adalah : Perawatan mesin dan ramah lingkungan. Dari sisi perawatan mesin, bahan bakar diesel yang baik haruslah memenuhi kriteria-kriteria seperti :

  • Tidak memiliki kandungan zat-zat yang dapat membentuk endapan atau kerak di saluran bahan bakar maupun pada mesin kendaraan
  • Tidak memiliki kandungan zat-zat yang dapat merusak bagian-bagian saluran bahan bakar maupun mesin kendaraan
  • Mampu melumasi bagian ruang pembakaran mesin maupun bagian mesin lainnya untuk menghindarkan dari gesekan antar bagian mesin dan panas berlebih
  • Memiliki kandungan aditif-aditif yang dapat membersihkan saluran bahan bakar dan mesin apabila terdapat endapan atau kerak, atau mereduksi oksidan-oksidan yang terdapat pada saluran bahan bakar maupun pada mesin kendaraan
  • dan beberapa kriteria lain yang bertujuan agar mesin dapat terawat dengan baik serta memiliki umur layan yang panjang.

Karakteristik ramah lingkungan berhubungan dengan zat-zat buangan dari kendaraan yang tidak mengakibatkan kerusakan pada lingkungan secara keseluruhan. Pada bahan bakar diesel karakteristik ramah lingkungan berhubungan dengan emisi gas buang yang harus mengandung sekecil mungkin racun agar kelestarian udara bersih dapat terjaga.

 

M-DRIFT POWER BOOSTER DIESEL

M-Drift Diesel adalah aditif untuk bahan bakar diesel agar kualitas bahan bakar diesel dapat meningkat dan memenuhi karakteristik-karakteristik yang disyaratkan. M-Drift Diesel berbentuk padat, terbuat dari 100% bahan-bahan alami yang ada di Indonesia. M-Drift Diesel merupakan produk Indonesia yang berkualitas tinggi dan didesain untuk cocok dengan kondisi Indonesia dan negara-negara dengan iklim tropis.

 

M-Drift Diesel berbentuk pil padat yang dicampurkan pada bahan bakar diesel kualitas biasa agar meningkat kualitasnya menjadi bahan bakar diesel berkualitas tinggi. Dosis M-Drift Diesel adalah sebagai berikut  :

  • Untuk mobil :  1 pil M-Drift Diesel untuk 10 – 12 liter bahan bakar diesel
  • Untuk Bus/Truk :  1 pil M-Drift Diesel untuk 12 – 14 liter bahan bakar diesel
  • Untuk Genset :  1 pil M-Drift Diesel untuk 12 – 16 liter bahan bakar diesel

Dosis di atas adalah dosis umum. Karena tiap jenis kendaraan memiliki nilai kompresi mesin sendiri, maka akan ada dosis paling optimum untuk tiap jenis kendaraan. Misalnya : Dosis optimum untuk mobil panther adalah 1 pil untuk 50 liter bahan bakar diesel.

Penggunaan M-Drift Diesel sesuai dosis optimum pada tiap kendaraan atau mesin akan menghasilkan kualitas sebagai berikut  :

  • Peningkatan nilai CN sebesar 2 CN (Hal ini berkaitan dengan solar atau bio-solar di SPBU yang memiliki nilai CN 49 sehingga ketika dinaikkan 2 CN, nilai CN menjadi 51. Nilai CN paling pas di Indonesia dan negara tropis lainnya)
  • Power dan performa kendaraan/mesin yang meningkat
  • Penghematan bahan bakar diesel antara 20 – 50 %
  • Suara dan getaran mesin yang lebih halus
  • Mesin yang lebih terawat dan umur layan kendaraan meningkat
  • Reduksi emisi gas buang sebesar 60 – 80 %